Kok Bisa Akhyar Nasution Kalah…?

hitungan politik

KETIKA berhasil menjadi calon walikota setelah ada dua parpol yang sah mengusungnya, maka secara hitungan politik, kemenangan Akhyar sebenarnya tinggal menunggu waktu.

Hitungannya jelas.

Tak bisa dipungkiri, bahwa Bobby Nasution adalah representasi dari Jokowi. Dan sebagaimana kita ketahui, bahwa Jokowi dalam Pilpres kemarin, kalah di Kota Medan. Sehingga, dari hitungan ini saja pun, sudah dapat gambaran, bahwa Akhyar bakal menang.

Belum lagi fakta, bahwa sebagian pendukung Jokowi pun memilih Akhyar. Demikian juga dengan kader dan simpatisan PDIP, tidak sedikit yang mendukung Akhyar.

Sebagai catatan, bahwa pendukung Jokowi maupun kader dan simpatisan PDIP itu adalah para nasionalisme tulen. Mereka tentunya berharap, bahwa di mana pun berada, maka Akhyar Nasution akan tetap dengan nasionalismenya.

Lalu kampanye pun mulai berlangsung.

Sebagaimana kita ketahui, baik berdasarkan ulasan pengamat maupun berdasarkan fakta Pilkada Medan sebelumnya, banyaknya golput sudah menjadi ‘momok’. Bisa dikatakan, golput jauh lebih banyak daripada non-golput.

Sehingga bisa dikatakan, tingkat antusiasme pemilih menjelang Pilkada Medan 2020, hanya kurang lebih 50 persen. Asumsinya kira-kira, 50 persen lah dari masing-masing pendukung paslon yang akan datang ke TPS. Tentunya, masih dengan prediksi, bahwa Akhyar bakal menang dengan hitungan di atas.

Kemudian ternyata, pada perjalanan kampanye, Kubu Akhyar malah lebih terasa eksklusifnya. Bahkan ada kesan, nasionalismenya Akhyar seakan ‘terkubur’.

Puncaknya adalah dengan datangnya Ustadz Abdul Somad. Ini membuat para nasionalisme dalam Kubu Akhyar mulai ‘gerah’. Tanpa bermaksud menyalahkan Ustadz Abdul Somad, munculnya dia dengan dominan di Kubu Akhyar di akhir masa kampanye, justeru membuat pendukung Jokowi dan PDIP di sana mundur teratur dan beralih dukungan.

Kemudian, selain mereka yang mundur dan beralih tadi, para calon pemilih berjiwa nasionalis, yang sebelumnya tak berniat ke TPS (golput), malah menjadi terpicu. Mereka yang barangkali sudah pasrah dengan hitungan di awal tadi, menjadi bangkit dan ramai-ramai ke TPS, apa pun hasilnya.

Sebaliknya, keadaan ini sepertinya kurang disadari Kubu Akhyar, sehingga tetap ‘terlena’ dengan hitungan politik di atas. Sehingga, yang niat golput meski sebenarnya dukung Akhyar, tetap saja tak ke TPS. Sudah yakin menang. Kontras dengan pendukung Bobby yang sebelumnya malas ke TPS, malah menjadi terpacu.

Atau barangkali sudah terlalu mepet, sehingga tidak sempat mengantisipasi? Merekalah yang tahu. Yang pasti, setidaknya dalam hitung cepat, Pasangan Bobby-Aulia menjadi pemenang.

Demikianlah. Nggak usah bawa ke hati. Ini hanya opini pribadi.

Medan, 10 Desember 2020

Related posts

Leave a Comment